Kecerdasan intelejensia
Kecerdasan intelek dan intelejensia berbeda. Intelek memiliki keterkaitan kepintaran manusia, dan kepintaran ini biasanya dikaitkan dengan untung rugi. Dan juga memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri, kelompok atau golongan sendiri. Sedikit intelek berkaitan untuk kepentingan umum atau orang banyak. Intelejensia lebih tinggi wawasannya. Tidak disangkal kecerdasan intelektual berkembang dahulu. Kecerdasan intelejensia memang sudah dari awalnya ada sejak manusia dilahirkan. Seiring dengan perkembangan kecerdasan intelektual, kecerdasan intelejensia semain meningkat pula seharusnya. Pada kecerdasan intelejensialah adanya fakultas memilah antara baik dan buruk.
Yang dimaksud baik dan buruk disini bukanlah bagi diri sendiri tetapi bagi kepentingan umum. Pada dasarnya manusia memiliki naluri yang bersifat ilahiah. Sayangnya sering kali tertutupi oleh nafsu kepentingan pribadi sehingga kecerdasan intelejensia juga ikut semakin mengabur. Dan bila tidak bertemu dengan orang yang bisa memahami hal ini akan semakin terlarutkan dalam alam badaniah. Dan akhirnya semakin tertimbun oleh pikiran yang mengedepankan untung rugi. Evolusi manusia mengedepankan pengembangan intelejensia. Mendekati akhir kehidupan semestinya intelejensia semakin menguat dan saat kematian tiba intelejensia berkembang dan mengatasi pemahaman baik dan buruk.
Intelejensia memiliki kecenderungan berwawasan untuk kepentingan yang lebih universal. Intelejensia mengarah kepentingan demi terjadinya persatuan dan kesatuan. Badan kita bekerja secara otomatis. Mereka memiliki intelejensia sendiri. Kecerdasan kerja organ tubuh bersinergi dengan anggota tubuh badan lainnya untuk tetap bekerja saling mengisi demi menjaga aktivitas tubuh dalam kondisi prima. Sayangnya intelek kita sering turut campur tangan sehingga badan menjadi sakit.
Kita kurang cerdas memahami bahasa tubuh. Bahasa intelejensia. Seharusnya ada kerja sama antara intelek pikiran kita dengan intelejensia tubuh. Kita sering arogan mengaku bisa berjalan sekian kilo meter, sayangnya anggota tubuh kita tidak bisa dipaksa. Mereka memiliki intelejensia sendiri untuk mengatur keterbatasan kapasitas kemampuan. Sungguh mekanisme yang luar biasa. Dan pada umumnya kita tidak menyadari hal ini.
Untuk memahami kinerja intelejensia organ tubuh, kita mesti sering melakukan komunikasi dengan badan. Kita sudah lupa bahwa tanpa badan, kita tidak akan sampai ke tempat-tempat yang kita inginkan. Duduk dengan santai dan secara perlahan mengelus bagian-bagian tubuh dengan mengucapkan terima kasih karena berkat bantuan mereka, sampai saat ini kita bisa dalam keadaan sehat. Dengan cara ini sesungguhnya kita mencoba meningkatkan kecerdasan intelejensia. Intelejensia berhubungan erat dengan perjalanan spiritual. Tidak lagi berhitung untung rugi.
Hanya di saat kehidupan inilah kita bisa mengembangkan kecerdasan intelejensia. Semakin meningkat usia seseorang semakin banyak pengalaman. Dengan kecerdasan intelejensia, kita semakin bijak memilah mana yang dibutuhkan oleh jiwa dan mana yang tidak dibutuhkan demi menunjang perjalanan setelah kematian…. Satu-satunya kepastian di dunia ini adalah MATI. Bukankah sudah sepantasnya kita mempersiapkan bekal untuk perjalanan setelah kematian badan? Bagi saya persiapan ini hanya bisa dilakukan di bumi ini. Saat kehidupan ini. Jangan sia-siakan anugerah Tuhan yang telah memberikan kesempatan bagi kita semua untuk mempersiapkan bekal perjalanan. Tiada tujuan lain di bumi ini selain menyelesaikan hutang masa lalu yang kita tidak sadari telah melakukan, karena ke-tidak tahuan. Apakah kita akan mengulangi lagi kesalahan yang sama? Keledai saja tidak mau jatuh di lubang yang sama.
by : Marhento Wintolo
makasih ya mas info nya, semoga bisa bermanfaat pengetahuan ini buat saya
Iya mbak, makasi uda berkunjung, 🙂