Tabanan perlu berkaca dari perkembangan kota Denpasar

Denpasar pada mulanya merupakan pusat Kerajaan Badung, akhirnya menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dan bahkan mulai tahun 1958 Denpasar dijadikan pula pusat pemerintahan bagi Provinsi Daerah TingkatI Bali. Dengan Denpasar dijadikan pusat pemerintahan bagi Tingkat II Badung maupun Tingkat I Bali mengalami pertumbuhan yang sangat cepat baik dalam artian fisik, ekonomi, maupun sosial budaya. Keadaan fisik Kota Denpasar menunjukkan ciri-ciri dan sifat perkotaan. Berbagai usaha ke arah itu diambil termasuk mendirikan Bali Hotel 1928 dan Museum Bali 1932. Museum Bali menjadi ikon Denpasar sebagai kota budaya. Denpasar menjadi pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat pendidikan, pusat industri dan pusat pariwisata yang terdiri dari 4 Kecamatan, yaitu Kecamatan Denpasar Barat, Denpasar Timur, Denpasar Selatan dan Denpasar Utara.

Berdirinya Universitas Udayana pada tahun 1962 juga menjadi penyebab semakin pesatnya perkembangan kota Denpasar, karena dengan demikian Denpasar juga akan menjadi pusat pendidikan yang sudah barang tentu akan menjadi penampung para pelajar yang akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Selain itu, setelah Hotel Bali Beach Grand Hyatt dibangun, arus kepariwisataan berkembang pesat dan setelahnya diikuti dengan dibukanya penginapan-penginapan di daerah Sanur dan sekitarnya, juga menjadi penyebab pesatnya perkembangan kota Denpasar.

Dulu jalan protokol dengan jalur searah seperti Jalan Diponegoro, Jalan Hasanuddin, Jalan Setiabudi, Jalan Sutomo, Jalan Gajah Mada, Jalan Sutoyo, Jalan Patimura, Jalan Sumatra dan beberapa jalan lainnya adalah daerah yang strategis dan menjadi pusat ekonomi, namun seiring dengan dibangunnya infrastruktur, mulai berkembang sentra-sentra ekonomi baru, Jalan Gatot Subroto dan Bypass Ngurah Rai membuka jalur-jalur yang menghubungkan pinggiran-pinggiran kota, Ayani, WR Supratman, Mahendradatta, Teuku Umar, Buluh Indah, Kerobokan, Dalung menjadi daerah primadona selanjutnya Harga tanah yang dulunya sangat murah dibanding area Gajah Mada-pasar Badung, kini menjadi lebih mahal. dan tidak ada yang menyangka akan seramai itu.

Banyak lahan-lahan pemukiman baru, perumahan baru, banyak yang mencemooh, dan yang menolak untuk membelinya, seperti halnya perumahan dalung, banyak yg mencemooh rumah sapi, rumah burung. namun 15 tahun kemudian banyak yg kecewa dulunya tidak membeli rumah disana. Dalung menjadi daerah strategis seiring perkembangan Seminyak, Kerobokan, Canggu setelah mendapat pengaruh dari Kuta yang lebih dulu berkembang.

Tabanan memiliki potensi yang besar untuk berkembang, mengingat Tabanan adalah daerah yg berbatasan dengan denpasar dan badung. Hanya tinggal menunggu waktu saja, over populasi dari pinggiran denpasar dan badung akan membawa arah perkembangan ekonomi dan bisnis ke daerah Tabanan semakin pesat. Untuk menyambut itu, Tabanan tentu tidak harus menunggu dan berpangku tangan, kesempatan itu bisa diambil sejak dini, yaitu dengan cara menstimulus dan menghidupkan sentra-sentra publik dan menarik para investor untuk berinvestasi di Tabanan.

Kita bisa lihat, Gerai-gerai makanan cepat saji mulai “meloncat” ke Tabanan melewati perbatasan sempidi, lukluk, kapal, padahal Kapal cukup strategis, artinya apa ? ekspansi bisnis sedang merambah daerah yang AKAN dan SEDANG berkembang. Pembangunan Rumah Sakit swasta juga sedang ramai, Sekolah-sekolah swasta mulai bertebaran, Coffee shop dan usaha-usaha muda mulai berani unjuk gigi, dan yang paling primadona dan ujung tombak adalah sektor pariwisata, kita lihat di daerah badung kembali, pariwisata mulai bergerak ke barat, menuju echo beach, seseh, sebentar lagi ke Tabanan nyanyi, kedungu, bertemu tanah lot menuju yeh gangga dan berangsur-angsur ke utara menuju kota tabanan, jatiluwih, alas kedaton, dan kawasan agrowisata baru yang mulai bertebaran seiring wisata selfi yang sedang trend di kawasan utara Tabanan, gunung salak, wanasari, desa wisata budaya juga mulai dikembangkan.

POTENSI TABANAN SANGAT BESAR, potensi ini memerlukan tangan dingin pengelolaan dari pemerintah setempat yang bersinergi dengan masyarakat. Tabanan bisa belajar dari Denpasar tata kotanya, dari Badung wisata pantainya dan Ubud tentang wisata budayanya. Tabanan sangat sangat bisa dan berpotensi untuk menjadi “rising star” baru dari Bali. Berkaca dari Denpasar, tentu masyarakat tabanan dan sekitarnya harus bersiap dan segera mengambil kesempatan ini, berinvestasilah sedini mungkin. Selain mengikuti pendahulunya, Tabanan juga bisa mengantisipasi dampak negatifnya dari 3 daerah tersebut. Tinggal sekarang bagaimana niat dan sinergi dari semua stakeholder termasuk masyarakat di Tabanan dan sekitarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *