Arsitektur Bali yg nyaman dan lega bagi penghuninya

Menurut Ida Pandita Dukuh Samyaga, perkembangan arsitektur bangunan Bali, tak lepas dari peran beberapa tokoh sejarah Bali Aga berikut zaman Majapahit. Tokoh Kebo Iwa dan Mpu Kuturan yang hidup pada abad ke 11, atau zaman pemerintahan Raja Anak Wungsu di Bali banyak mewarisi landasan pembanguna arsitektur Bali.

Danghyang Nirartha yang hidup pada zaman Raja Dalem Waturenggong setelah ekspidisi Gajah Mada ke Bali abad 14, juga ikut mewarnai khasanah arsitektur tersebut ditulis dalam lontar Asta Bhumi dan Asta kosala-kosali yang menganggap Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para arsitektur.
Penjelasan dikatakan oleh Ida Pandita Dukuh Samyaga. Lebih jauh dikemukakan, Bhagawan Wiswakarma sebagai Dewa Arsitektur, sebetulnya merupakan tokoh dalam cerita Mahabharata yang dimintai bantuan oleh Krisna untuk membangun kerjaan barunya. Dalam kisah tersebut, hanya Wismakarma yang bersatu sebagai dewa kahyangan yang bisa menyulap laut menjadi sebuah kerajaan untuk Krisna. Kemudian secara turun-temurun oleh umat Hindu diangap sebagai dewa arsitektur. Karenanya, tiap bangunan di bali selalu disertai dengan upacara pemujaan terhadap Bhagawan Wiswakarma. Upacara demikian dilakukan mulai dari pemilihan lokasi, membuat dasar bagunan sampai bangunan selesai. Hal ini bertujuan minta restu kepada Bhagawan Wiswakarma agar bangunan itu hidup dan memancarkan vibrasi positif bagi penghuninya. Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali, bangunan memiliki jiwa bhuana agung (alam makrokosmos) sedangkan manusia yang menepati bangunan adalah bagian dari buana alit (mikrokosmos).Antara manusia (mikrokosmos) dan bangunan yang ditempati harus harmonis, agar bisa mendapatkan keseimbangan anatara kedua alam tersebut.Karena itu,mebuat bagunan harus sesuai dengan tatacara yang ditulis dalam sastra Asta Bhumi danAtas Kosala-kosali sebagai fengsui Hindu Bali.

Tanah

Membuat rumah yang dapat mendatangkan keberuntungan bagi penghuninya, bagi rohaniwan dari Banjar Semaga, Desa Penatih, Denpasar ini harus diawali dengan pemilihan lokasi (tanah) yang pas. Lokasi yang bagus dijadikan bagunan adalah tanah yang posisinya lebih rendah (miring) ke timur (sebelum direklamasi). Namun di luar lahan bukan milik kita,posisinya lebih tinggi. Demikian juga tanah bagian utaranya juga harus lebih tinggi. Bila tanah di pinggir jalan, usahakan posisinya tanah dipeluk jalan. Sangat baik bila ada air di arah selatan tetapi bukan dari sungai yang mengalir deras. Air harus berjalan pelan, tetapi posisi sungai juga harus memeluk tanah, bukan sebaliknya menebas lokasi tanah. Diyakini, aliran air yang lambat membuat Dewa air sebagai pembawa kesuburan dan rejeki banyak terserap dalam deras.
Selain letak tanah, tekstur tanah juga harus dipastikan memiliki kualitas baik. Tanah berwarna kemerahan dan tidak berbau termasuk jenis tanah yang bagus untuk tempat tinggal. Untuk menguji tekstur tanah, cobalah genggam tanah tersebut. Jika setelah lepas dari genggaman tanah itu terurai lagi,berarti kualitas tanah tersebut cocok dipilih untuk lokasi perumahan. Cara lain untuk menguji tekstur tanah yang baik adalah dengan cara melubangi tanah tersebut sedalam 40 Cm persegi. Kemudian lubang itu diurug (ditimbun) lagi dengan tanah galian tadi. Jika lubang penuh atau kalau bisa ada sisa oleh tanah urugan itu, berati tanah itu bagus untuk rumah. Sebaliknya jika tanah untuk menutup lubang tidak bisa memenuhi (jumlahnya kurang) berati tanah tersebut tidak bagus dan tidak cocok untuk rumah karena tergolong tanah anggker. Akan lebih baik memilih tanah yang terletak di utara jalan karena lebih mudah untuk melakukan penataan bangunan menurut konsep Asta kosala-kosali. Misalnya membuat pintu masuk rumah, letak bangunan, dan tempat suci keluarga (merajan/sanggah). Lokasi seperti ini memungkinkan untuk menangkap sinar baik untuk kesehatan. Tata letak pintu masuk yang sesuai, akan memudahkan menangkap Dewa Air mendatangkan rejeki.

Kurang Bagus

Jangan membangun rumah di bekas tempat-tempat umum seperti bekas balai banjar (balai masyarakat), bekas pura(tempat suci), tanah bekas tempat upacara ngaben massal (pengorong/peyadnyan) bekas gria (tempat tinggal pedande/pendeta) dan tanah bekas kuburan. Usahakan pula untuk tidak memilih lokasi (tanah) bersudut tiga atau lebih dari bersudut empat. Tanah di puncak ketinggian, di bawah tebing atau jalan juga kurang bagus untuk rumah karena membuat rejeki seret dan penghuninya akan sakit – sakitan. Demikian juga tanah yang terletak di pertigaan atau di perempatan jalan (simpang jalan) tidak bagus untuk tempat tinggal tetapi cocok untuk tempat usaha. Tanah jenis ini termasuk tanah angker karena merupakan tempat hunian Sang Hyang Durga Maya dan Sang Hyang Indra Balaka.

Tata Letak Bagunan

Setelah direklamasi (ditata) diusahkan bangunan yang terletak di timur,lantainya lebih tinggi sebab munurut masyarakat bali selatan umumnya, bagian timur dianggap sebagai hulu (kepala) yang disucikan. Sedangkan menurut fungsui, posisi bangunan seperti itu memberi efek positif. Sinar matahari tidak terlalu kencang, dan air tidak sampai ke bagian hulu. Bangunan yang cocok untuk ditempatkan diareal itu adalah tempat suci keluarga yg disebut merajan atau sanggah. Dapur diletakan di arah barat (barat daya) dihitung dari tempat yang di anggap sebagai hulu (tempat suci) atau di sebelah kiri pintu masuk areal rumah,karena menurut konsep lontar Asta Bumi,tempat ini sebagai letak Dewa Api.Sumur dan lumbung tempat penyimpanan padi sedapat mungkin diletakan di sebelah timur atau utara dapur. Atau di sebelah kanan pintu gerbang masuk rumah karena melihat posisi Dewa Air.
Bangunan balai Bandung (tempat tidur) diletakan diarah utara, sedangkan balai adat atau balai gede ditempatkan disebelah timur dapur dan di selatan balai Bandung. Bangunan penunjang lainnya diletakkan di sebelah selatan balai adat.

Pintu Masuk

Selain menemukan posisinya yang tepat untuk menangkap dewa air sebagai sumber rejeki ukuran pintu masuk juga harus diatur. Jika membuat pintu masuk lebih dari satu, lebar pintu masuk utama dan lainya tidak boleh sama. Termasuk tinggi lantainya juga tidak boleh sama. Lantai pintu masuk utama (di Bali berbentuk gapura/angkul – angkul) harus dibuat lebih tinggi dari pintu masuk mobil menuju garase. Jika dibuat sama akan memberi efek kurang menguntungkan bagi penghuninya bisa boros atau sakit-sakitan. Akan sangat bagus bila di sebelah kiri (sebelah timur jika rumah mengadap selatan) diatur jambangan air (pot air) yang disi ikan. Ini sebagai pengundang Dewa Bumi untuk memberi kesuburan seisi rumah. Tak menempatkan benda – benda runcing dan tajam yang mengarah ke pintu masuk rumah seperti penempatan meriam kuno, tiang bendera, listrik dan tiang telepon atau tanaman yang berbatang tinggi seperti pohon palm, karena membuat penghuninya sakit sakitan akibat tertusuk. Got dan tempat pembuangan kotoran sedapat mungkin di buat di posisi hilir dan lebih rendah dari pintu masuk. Kalau menempatkan kolam di pekarangan rumah hendaknya dibuat di atas permukaan tanah (bukan lobang). Kolam di buat di sebelah kanan pintu masuk dengan posisi memeluk rumah, bukan berlawanan. Karena keberadaan kolam yang tidak sesuai akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *